
PERAWAN JINGGA
Perawan jingga menutup matanya
Hadirnya membuat lelap bintang
Perginya menderu sebuah lonceng
Seiring tatap tajam mata yang menghunus
Kutahu kau telah titipkan isyarat hati
Yang harus kuterjemahkan
Namun entah dimana kudapatkan jawaban itu
Jika kau terus sembunyi
Dan merapatkan garis bibir yang mengering
Yang tampak hanya kekeliruan
Dari sebuah gerak tak menentu
Sepasang mata hati tergantung dijendela rerumputan
Yang saling mengintip dari cadar-cadar
Warna ramai sang pelangi
Mungkin ini hanya ikhtisar yang harus terangkai sempurna
Atau mungkin saja hanya sosok ilusi yang menjelma nyata
Bunda… rasa ini terkadang menyentuh naluriku
Terkadang begitu membuatku terpenjara perih
Sungguh kuingin mengerti
Sampaikan salamku untuknya
Kuyakin dia mendengarnya
Agar malam yang menjaga indahnya
Tak lagi menyiksa
Sampaikan cintaku padanya
Kuyakin dia mendengarnya
Karena rasa ini telah tersimpan
Untuk dia yang mampu taklukan sisi angkuhku
Teruntuk : Sang Hawa
Perawan jingga menutup matanya
Hadirnya membuat lelap bintang
Perginya menderu sebuah lonceng
Seiring tatap tajam mata yang menghunus
Kutahu kau telah titipkan isyarat hati
Yang harus kuterjemahkan
Namun entah dimana kudapatkan jawaban itu
Jika kau terus sembunyi
Dan merapatkan garis bibir yang mengering
Yang tampak hanya kekeliruan
Dari sebuah gerak tak menentu
Sepasang mata hati tergantung dijendela rerumputan
Yang saling mengintip dari cadar-cadar
Warna ramai sang pelangi
Mungkin ini hanya ikhtisar yang harus terangkai sempurna
Atau mungkin saja hanya sosok ilusi yang menjelma nyata
Bunda… rasa ini terkadang menyentuh naluriku
Terkadang begitu membuatku terpenjara perih
Sungguh kuingin mengerti
Sampaikan salamku untuknya
Kuyakin dia mendengarnya
Agar malam yang menjaga indahnya
Tak lagi menyiksa
Sampaikan cintaku padanya
Kuyakin dia mendengarnya
Karena rasa ini telah tersimpan
Untuk dia yang mampu taklukan sisi angkuhku
Teruntuk : Sang Hawa